Comfort Zone

on Rabu, 02 September 2009

Seekor katak dimasukkan ke dalam panci berisi air panas mendidih, dengan serta-merta ia melompat mencari selamat keluar panci setelah merasakan panasnya ujung kaki. Katak yang sama dimasukkan ke dalam panci berisi air sejuk segar diatas kompor. Ia menikmatinya. Saat dipanaskan 5 derajat celcius sang katak tetap bergeming dan menikmati hangatnya air segar itu. Ditambahkan lagi suhu air dengan 5 derajat, sang katak tetap diam dan tampaknya semakin merasa nyaman. Ditambahkan suhu air itu perlahan sampai50 derajat sang katak tampak makin cocok dengan suasana hangat nan nyaman itu, ia diam. Dipanaskan perlahan sampai 100 derajat, sang katak tetap diam, ia mati dalam kenyamanannya....

Itulah illustrasi fatalnya keberadaan dalam zona nyaman (comfort zone), tanpa sadar kita terlena atas pencapaian yang biasa-biasa saja seraya terhanyut dalam sesuatu kenikmatan semu sampai kemudian terlibas oleh pesaing, sementara di luar sana orang lain senantiasa bergerak, berubah, bekerja keras dan mencurahkan daya inovasi untuk pencapaian yang luar biasa. Anda semua telah melihat langkah dan upaya yang manajemen telah jalankan selama kurang lebih 3 bulan: Pembenahan dan konsolidasi ke dalam, kerjasama dengan pemerintah daerah dan sesama Badan Usaha Milik Negara, menjalin kembali hubungan yang lebih harmonis dengan departemen teknis, diskusi dan pertemuan dengan asosiasi pengguna jasa serta pencarian terobosan-terobosan usaha baru adalah sedikit dari banyaknya kemungkinan yang dapat dilakukan oleh segenap unsur perusahaan untuk bergerak menjauh dari zona nyaman kita. Tujuan utama dari segala kegiatan tersebut adalah penciptaan tantangan, pembukaan ”zona perang” yang akan membuat kita lebih dinamis dan senantiasa berpikir untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Kami pun telah merasakan respon dari karyawan atas ajakan perubahan tersebut. Kami melihat respon positif, kami merasakan keraguan, dan bahkan kami mendapatkan PENOLAKAN dalam batas tertentu. Adalah tantangan bagi kami untuk mengajak seluruh unsur perusahaan secara bersama mewujudkan visi dan melaksanakan misi yang telah disepakati bersama.

Bersama kita bisa mencapai apa yang kita cita-citakan.

Salam,

R. J. Lino

2 komentar:

Anonim mengatakan...

read carefully...

Anonim mengatakan...

Comfort zona dan zona perang adalah suatu relatifitas. Ketika terjadi perubahan orientasi menjadi zona perang dan kita masuk serta menimati segala tantangan dan dinamika di dalamnya, maka zona perang pun sebenarnya merupakan comfort zone.
Permasalahan sebenarnya bukanlah dikotomi antara comfort zone dan zona perang. Namun, hal yang lebih urgent adalah bagaimana perahu Pelindo II ini bisa berjalan dengan baik di bawah nahkoda yang baru mengarungi samudera dengan berbagai rambu regulasi yang baru. Ini PR kita bersama.

Salam,
Arif Isnawan